Kanker dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan status sosial. Sementara faktor keturunan memiliki andil 1 hingga 5% penyebab timbulnya kanker. Sedangkan beberapa hal lain yang dapat memicu timbulnya kanker adalah pencemaran lingkungan, zat karsinogen pada bahan makanan, toksin pada asap rokok, pestisida, logam berat, formalin, gaya hidup tidak sehat (seperti diet tidak tepat dan kurang berolaraga).
Kanker merupakan penyakit yang mematikan karena pengobatan konvensional baru dapat menyembuhkan sepertiga dari keseluruhan jumlah penderitanya. Hal ini disebabkan karena beragamnya jenis kanker dan sel yang masih resisten terhadap obat. Oleh karena itu, mencegahnya sedari awal merupakan langkah yang paling baik, dan dapat dilakukan dengan pola hidup yang sehat. Seperti :
• Mengurangi konsumsi lemak (lemak hewani dan lemak trans).
• Rajin mengkonsumsi sayur-sayuran.
• Konsumsi buah-buahan.
• Konsumsi herbal kaya akan antioksidan alami.
Herbal baik digunakan sebagai komplementer pengobatan konvensional, karena dapat meningkatkan kekebalan, mengurangi efek samping atau komplikasi penyakit maupun pengobatan, serta dapat meningkatkan kualitas hidup.
Sarang semut, terutama jenis Hydnophytum formicarum dan Myrmecodia pendens telah lama digunakan sebagai obat kanker oleh penduduk lokal Asia Tenggara. Hydnophytum formicarum sendiri sudah banyak dikonsumsi di Malaysia, Thailand, Philipina, Vietnam, dan Indonesia. Sementara Myrmecodia pendens baru digunakan secara terbatas di Papua.
Bagaimana cara mengkonsumsi sarang semut? Pemakaian kedua jenis sarang tersebut dapat dilakukan dengan meminum air rebusan sarang semut tersebut. Sarang semut mengandung antioksidan kuat seperti vitamin E, flavonoid, dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut diproduksi secara internal, sebagai sistem pertahanan diri dari sarang semut. Sarang semut dapat mengatasi kanker rahim, tumor, kanker payudara, leukemia, kanker prostate, kanker otak, kanker paru-paru, dan kanker usus.
1. Kanker dan tumor
Jenis-jenis kanker dan tumor, baik jinak maupun ganas, yang dapat disembuhkan dengan Sarang Semut adalah kanker otak.
2. Gangguan jantung, terutama jantung koroner
Hingga kini mekanismenya memang belum jelas, tetapi kemampuan Sarang Semut untuk pengobatan berbagai macam penyakit/gangguan jantung ada kaitannya dengan kandungan multi-mineral Sarang Semut, terutama kalsium dan kalium.
3. Stroke ringan maupun berat
Pengobatan stroke kemungkinan sangat berkaitan dengan kandungan multi-mineral yang terkandung dalam Sarang Semut.
4. Ambeien (wasir)
Kemampuan Sarang Semut untuk pengobatan ambeien (wasir) berkaitan dengan kandungan flavonoid dan taninnya yang tinggi. Kedua golongan senyawa ini dalam beberapa penelitian memang sudah terbukti dapat mengobati wasir.
5. Benjolan-benjolan dalam payudara
Yang dimaksud dengan benjolan-benjolan pada payudara adalah pembengkakan bukan tumor (non-neoplasma). Diduga kuat mekanisme penyembuhannya serupa dengan kasus tumor dan kanker, yaitu dengan mengandalkan kemampuan kandungan flavonoid yang terkandung dalam Sarang Semut.
6. Gangguan fungsi ginjal dan prostat
Mekanisme pengobatan gangguan fungsi ginjal dan prostat kemungkinan ada kaitannya dengan kandungan antioksidan (flavonoid dan tokoferol) serta multi-mineral yang ada dalam Sarang Semut.
7. Haid dan keputihan
Proses pengobatan untuk keputihan dan melancarkan haid ada kaitannya dengan kandungan flavonoid, tanin, dan multi-mineralnya, terutama kalsium dan seng.
8. Melancarkan peredaran darah
Kandungan antioksidan yang tinggi (tokoferol dan flavonoid) dan multi-mineral yang terkandung dalam sarang memiliki peranan penting dalam melancarkan peredaran darah.
9. Migren (sakit kepala sebelah)
Untuk pengobatan migren berkaitan dengan fungsi kandungan flavonoid dan multi-mineral dalam Sarang Semut, khususnya kalsium, natrium, dan magnesium.
10. Penyakit paru-paru (TBC)
Pengobatan TBC terkait dengan peranan flavonoid yang terkandung dalam Sarang Semut yang berfungsi sebagai antivirus.
11. Rematik (encok)
Ini terkait dengan kemampuan flavonoid sebagai inhibitor enzim xanthine oxidase dan antioksidan serta tokoferol sebagai antioksidan dan multi-mineral yang terkandung dalam Sarang Semut.
12. Gangguan alergi hidung, mimisan, bersin-bersin Senyawa-senyawa yang bertanggung jawab terhadap gangguan ini adalah antioksidan (tokoferol dan flavonoid) dan tanin.
13. Sakit maag
Seperti halnya TBC, yang berperan dalam pengobatan maag adalah flavonoid yang terkandung dalam Sarang Semut sebagai antibakteri.
Manfaat Tambahan Sarang Semut
Selain telah terbukti secara empiris dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti tersebut di atas, Sarang Semut juga dapat digunakan untuk untuk melancarkan dan meningkatkan ASI, memulihkan gairah seksual, dan memulihkan serta menjaga stamina.
1. Melancarkan dan meningkatkan ASI
Kandungan multi-mineral dari tumbuhan Sarang Semut diduga memiliki peranan yang penting dalam melancarkan dan meningkatkan produksi ASI, mempercepat proses pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan, dan memulihkan kewanitaan (sari rapet).
2. Memulihkan gairah seksual
Kandungan antioksidan yang tinggi (tokoferol dan flavonoid) dan multi-mineral dari tumbuhan Sarang Semut diduga memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan gairah seksual ini.
3. Memulihkan stamina tubuh
Kandungan antioksidan yang tinggi (tokoferol dan flavonoid) dan multi-mineral dais tumbuhan Sarang Semut diduga memiliki peranan yang penting dalam memulihkan kesegaran dan stamina tubuh.
Menurut Dr Subagus Wahyuono Apt MSc dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, glikosida berfungsi sebagai imuno stimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Sedangkan Dr Mangestuti Agil Apt MS, dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya mengatakan Antioksidan itu melindungi sel-sel tubuh agar dapat menjalankan pekerjaan dengan baik. Kalau sel bekerja dengan baik, penyakit yang mengganggu fungsi sel seperti kanker dapat dicegah,” ujarnya.
Menurut entomolog (ahli serangga), Dr Wijaya, Sarang Semut mengandung senyawa antioksidan, vitamin, dan mineral. “Pada semut, antioksidan berperan dalam pembentukan koloni, menjaga tempat telur jauh dari kuman penyakit, sama seperti pada lebah madu,” ujar Wijaya. Ia juga menambahkan bahwa Sarang Semut mengandung asam formiat.
Dr Rosichon Ubaidillah, ahli semut Puslitbang Biologi LIPI. Rosichon yang kerap keluar-masuk hutan Wamena berpendapat bahwa khasiat Sarang Semut mungkin berasal dari Saliva atau kelenjar liur semut dan mikroba yang berasosiasi dengan semut yang tinggal didalam tanaman tersebut.
Prof Muhammad Yusuf Spesialis pengobatan Cina yang telah beberapa kali mendengar tentang Sarang Semut, mengatakan sejak 3.000 tahun silam di Cina tanaman Sarang Semut dan semut sudah dimanfaatkan sebagai obat. “Semut dan Sarang Semut memperbaiki fungsi ginjal. Ginjal mempengaruhi banyak fungsi tubuh,” katanya.
Willian Adi Teja, ahli pengobatan Cina lainnya, mengungkapkan, sarang semut berfungsi menghentikan nyeri, mengatasi rematik, dan melancarkan pembuluh darah.
Sebuah media massa ibukota memberitakan sarang semut mampu menyembuhkan berbagai jenis kanker. Yang menarik di situ adalah pendapat narasumber, “Adanya kandungan flavonoid dan vitamin E yang bekerja sebagai antioksidan dalam sarang semut, tidak cukup untuk memusnahkan sel-sel kanker yang sudah berkembang. Perlu dicari, apakah ada zat aktif lain dalam tanaman itu yang mampu menghambat pertumbuhan atau mematikan sel-sel kanker”.
Benarkah senyawa antioksidan tidak dapat berfungsi sebagai antikanker? Selama bertahun-tahun, antioksidan termasuk flavonoid dan alfatokoferol, dikenal sangat baik untuk pencegahan berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan kanker. Itu dulu.
Kini, perkembangan penelitian farmakologi menunjukkan bukti-bukti kuat, flavonoid dan alfatokoferol bersifat multifungsi. Alfatokoferol adalah salah satu dari 8 bentuk vitamin E, merupakan antioksidan larut lemak terkuat. Penelitian-penelitian mutakhir mengungkap fungsi-fungsi lain dari flavonoid dan alfatokoferol, tidak saja untuk pencegahan, tetapi juga untuk pengobatan kanker. Banyak mekanisme kerja dari flavonoid yang sudah terungkap, misalnya inaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis dan diferensiasi, inhibisi angiogenesis dan pembalikan resistensi multiobat atau kombinasi dari mekanisme-mekanisme tersebut.
Bukti Mutakhir
Penelitian secara in vitro, in vivo, dan uji klinis pada manusia mendukung fungsi alfatokoferol dan flavonoid sebagai antikanker. Tucker & Townsend seperti dilaporkan jurnal Biomedicine & Pharmacotherapy (2005) mengungkapkan alfatokoferol menghambat karsinogenesis dan kerusakan DNA akibat sinar UV. Senyawa itu juga menunjukkan efek apoptosis yang kuat terhadap beberapa sel kanker manusia dan meningkatkan efikasi senyawa kemoterapi pada hewan model.
Alfatokoferol suksinat juga terbukti memiliki target spesifik pada jaringan prostat serta payudara dan tidak menyebabkan apoptosis pada sel-sel epitel normal. Contoh paling populer adalah curcumin yang diisolasi dari kunyit Curcuma longa seperti dilaporkan European Journal of Cancer. Curcumin berfungsi sebagai antioksidan yang kuat pada kondisi pH netral dan asam. Faedah lain, menghambat beberapa jalur penyandian sel, mempengaruhi enzim-enzim seluler seperti siklooksigenase dan glutathion-S-transferase, imunomodulasi, serta mempengaruhi angiogenesis dan penempalan antarsel.
Kemampuan curcumin mempengaruhi transkripsi gen dan menginduksi apoptosis dalam uji praklinis bukti yang terkait dengan pencegahan dan pengobatan kanker. Curcumin mencapai tahap uji klinis fase II untuk kanker kolon dan rektum.
Senyawa lain yang sudah diuji klinis adalah quercetin yang banyak digemukan dalam bawang merah, anggur merah, dan teh hijau. secara in vitro quercetin beraktivitas antioksidan berdasarkan kemampuannya meredam radikal bebas 1,1-difenil-2-pikril hidrazil (DPPH) menjadi 1,1-difenil-2-pikril hidrazin dengan dengan IC 30 6,5 ppm (sangat kuat).
Uji antikanker secara in vitro dengan sel kanker melanoma B16 menunjukkan, penambahan quercetin pada media dengan konsentrasi 50 ppm menurunkan viabilitas sel kanker manjadi hanya 16% dibanding kontrol.
Pada uji klinis fase I, pemberian quercetin 2 kali dalam selang 3 minggu pada pasien kanker indung telur stadim IV menurunkan penanda tumor CA125 dari 295 menjadi 55 unit/ml. Pasien itu sebelumnya gagal diobati melalui 6 kali kemoterapi dengan cyclophosphamide/cisplatin.
Dosis
Walau flavonoid dan alfatokoferol terbukti sebagai antikanker, dosis masih menjadi kendala. Misalnya, dalam uji klinis diberikan flavonoid berkonsentrasi 1.400 mg/m2 melalui suntikan sebelum makan. Konsentrasi sebesar itu sulit dicapai melalui konsumsi makanan atau suplemen sehari-hari.
Konsumsi dalam bentuk herbal pun seperti makan buah simalakama. Penggunaan dosis tinggi untuk mencapai konsentrasi pengobatan. Namun, suatu senyawa aktif tertentu berakibat pada tingginya konsentrasi senyawa aktif lain yang tidak dikehendaki.
Solusinya kita mesti mengetahui senyawa aktif yang berperan. Kemudian senyawa itu diisolasi dan dimurnikan dari ekstrak herbal. Hasilnya berupa senyawa aktif tunggal yang dapat diformulasikan menjadi suatu fitofarmaka. Langkah itu mesti hati-hati karena banyak ekstrak herbal yang mengandung beberapa senyawa aktif yang saling sinergis dalam menumpas beragam penyakit. Penggunaan hanya salah satu senyawa aktif bisa berakibat menurunkan bahkan menghilangkan aktivitasnya.
Masalah lain adalah cara pemberian kepada pasien. Curcumin, misalnya, bila diberikan secara oral, ketersediaannya secara sistematik cukup rendah. Akibatnya membatasi efek terapi untuk beberapa jaringan bermasalah. Itulah sebabnya konsumsi ekstrak kunyit hanya dapat untuk mencegah kanker (sebagai antioksidan) dan tidak dapat mengobati kanker. Untuk mencapai konsentrasi terapi, curcumin perlu diberikan dengan cara lain, misalnya melalui suntikan.
Jadi, senyawa-senyawa aktif antikanker yang terkandung dalam sarang semut atau harbal lain kemungkinan senyawa-senyawa antioksidan kuat seperti dari golongan flavonoid dan vitamin E, khususnya alfatokoferol. Antioksidan itu berfungsi ganda: tak hanya mencegah, tetapi juga mengobati beragam penyakit. (Dr. Ir. M. Ahkam Subroto, App.Sc, APU LIPI Cibinong Science Center)
No comments:
Post a Comment